Perempuan adalah makhluk kreasi Maha Pencipta yang termasuk cantik, indah, dan menghiasi kehidupan di dunia ini. Bahkan, dengan eksisnya makhluk ini di dunia, anak manusia dapat lahir dari tubuhnya, dapat bertumbuh kembang degan kasih sayangnya, dan ya, jadi manusia yang berkarakter. Dalam daily tought kali ini yang bertepatan dengan peringatan hari kartini 21 April 2019, aku akan mengulas lebih jauh tentang cantik versi kartini.
Ada apa dengan perempuan?
Namun sekarang banyak kita temui, sosok perempuan yang lebih memprimordialkan pada perawatan kecantikan diri mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki mereka, mengejar materi demi materi, dan haus akan perhatian.
Hal ini banyak dijumpai dari merebaknya perkembangan produk yang beredar di pasaran yang tentunya juga melalui riset kebutuhan/keinginan pasar. Misalnya saja, menjamurnya online shop yang menjual berbagai macam kebutuhan kecantikan mulai dari fashion bagian tubuh atas hingga bawah dengan berbagai model, produk kecantikan kulit seperti masker, krim, dsj, pun aksesoris seperti tas, jam tangan, dst juga mewarnai penjualan online maupun offline dewasa ini.
Hal ini bisa memicu keinginan yang besar untuk memenuhi seiring dengan keinginan yang besar pada pencarian uang/materi. Para perempuan yang disuguhi informasi semacam itu terdorong untuk berorientasi pada materi, kecantikan, dan tentunya, ehm perhatian publik berupa loves/likes di foto yang ia pajang di media sosial kesayangannya.
Memang yaa, tidak ada yang salah dengan hal itu, karena sangat wajar fitrah tampil yang baik, mendapat kenyamanan berupa perhatian publik karena menitik perhatian pada perempuan perempuan masa kini tersebut. Namun, benarkah primordial perempuan yang sedang banyak diikuti tersebut mencerminkan “beautifulnya” seorang perempuan?
Cantik itu memang bisa secara fisik sudut pandangnya, tapi alangkah lebih indahnya jika kecantikan perempuan masa kini juga terhias dengan kepribadian yang cantik dan visi/cita cita yang cantik pula.
Kisah inspiratif
Jika kita main sejenak di masa lalu yang penuh kisah berhikmah, tepatnya 100 tahun lebih yang lalu, kita akan bertemu dengan, Kartini sebagai perempuan yang cantiknya masih awet hingga kini. Ia seperti perempuan saat itu pada umumnya, dilarang melanjutkan sekolah yang lebih tinggi setelah berumur 12 tahun karena sudah siap untuk dipingit dan dinikahkan – secara paksa.
Nah. Karena harus mengikuti budaya demikian, Kartini menurut dan tetap berkirim surat dengan temannya di Belanda yang juga akhirnya memantik Kartini kecil untuk menyelami buku Eropa, koran Eropa, surat kabar dari Semarang, dan bahan bacaan lainnya.
Dari situ, Kartini memahami bahwa perempuan di Eropa sangatlah maju pemikirannya, dan berbeda jauh dengan strata rendah perempuan di Indonesia. Hati kecilnya terketuk, dan lewat tulisan pula, ia memperjuangkan kesamaan derajat antara perempuan dan laki-laki supaya tidak ada intimidasi dan dominasi gender yang merugikan.
Selain tulisan, Kartini pada masa ia sudah menikah dengan KRM Adipati Ario Singgih, juga mendirikan sekolah wanita atas persetujuan suaminya tersebut. namun sayangnya, masa perjuangannya usai pada masa ia telah melahirkan anak pertamanya, pada usia 25 tahun. Catatan dan surat kecil Kartini berhasil dibukukan dan turut berkontribusi dalam terangkatnya derajat perempuan yang sebelumnya hanya mengikuti kehendak kaum laki-laki.
Meski lilinnya padam, namun cahayanya sanggup mengalir ke lilin yang lain dan menerangi dari waktu ke waktu.
Dirangkum dari sumber: http://cintanegeri.com/sejarah-singkat-perjuangan-ra-kartini-semasa-hidupnya/
Standar perempuan cantik versi kartini itu…
Kecantikan secara outer dan inner, akan mencerminkan keindahan perempuan secara hakiki sebagai ciptaanNya. Itulah yang menjadi standar perempuan cantik versi Kartini. Kenapa?
Karena jika unsur outer saja yang diagungkan, beli pemutih wajah ini itu hingga putih mendekati cat tembok, cabut jerawat, bulu ketek, dan semua kekurangan fisik yang menempel di tubuhnya, yang dijamin cukup menjadi karir pekerjaan tersendiri jika ditekuni, maka perempuan akan kehilangan esensinya sebagai manusia yang juga harus bermanfaat untuk orang lain.
Bila saja Kartini bertahan pada trend masa itu, yakni bertahan menjadi objek yang dipingit, lalu dinikahkan dan menjalani kewajiban sebagai istri/ibu saja, bisa jadi minim bukti adanya perempuan di masa kini yang menghasilkan sesuatu yang berguna.
Maka dari itu, seorang perempuan, dengan standar kecantikan yang bisa dipetik dari Kartini, yang tidak sekedar memenuhi trend saja, bisa saja menjadi perempuan cantik yang seutuhnya dan penuh dengan karya/prestasi..
1. Kepribadian Cantik
Karakter yang melekat di diri Kartini juga menjadi standar cantik versi Kartini.. yang membawanya pada keputusan-keputusan penting dan akhirnya menimbulkan dampak yang positif. Meski stigma pada perempuan masih buruk, Kartini percaya dengan berpikiran positif bahwa perempuan bisa melakukan lebih dari yang biasa dilakukan oleh perempuan di zaman itu.
Bahkan, saat ia dipingit, dia pandai bersosialisasi dengan teman Belandanya, yakni mampu menjaga hubungan baik hingga ia mengenal dunia literasi dan pengetahuan yang melahirkan pemikiran cemerlang sertakepekaan dirinya pada keadaan perempuan, ia berani, cerdas, dan bekerja keras menuliskan hasil pemikirannya termasuk juga membuat pendidikan untuk perempuan sehingga mengoreksi budaya yang sudah mengakar saat itu.
Atas hasil jerih payahnya inilah, perempuan Indonesia sedikit demi sedikit terangkat derajatnya bahkan ia dinobatkan sebagai pahlawan, yang tentu saja akan dikenang masyarakat karena “inner beauty” yang mengantarkan dirinya pada karya demi karya.
2. Visi dan Cita-cita Hidup yang Cantik
Kepribadian baik saja tidak cukup jika ia hidup berorientasi pada kebahagiaan dirinya sendiri. Karena jika sudah bekerja, motif serta tujuan untuk dirinya saja, dirinya akan lenyap dan tak menyisakan apapun perubahan di dunia ini.
Namun meski perempuan sudah ada yang berhasil dengan cantik versi kartini, yakni membuktikan visi hidupnya tercapai yakni memberi manfaat untuk banyak orang, misalnya saja Sri Mulyani, Kartini di masa kini yang berperan di ekonomi, nyatanya masih banyak diluaran sana perempuan yang masih berkutat saja dengan kehidupan pribadinya.
Kabar baiknya, perempuan ternyata sangat bisa memiliki mimpi atau target dalam hidup, yang melebihi dari apa yang rutinitas dilakukan. Kartini yang awalnya mengikuti kemauan ayahnya untuk dipingit, dinikahkan dengan tujuan hidupnya mengangkat perempuan serta masih menunaikan tugasnya sebagai istri, akhirnya bisa terbukti kemuliaannya sebagai seorang manusia berjenis perempuan.
Makin seorang perempuan mencanangkan capaian mulia dan berjuang dalam meraihnya, serta tentunya tetap memedulikan kehidupan pribadinya, akan sangat mungkin kecantikan hakiki ia peroleh karena dampak positif dari kerja kerasnya.
3. Merawat Diri dan Kesehatan
Cantik versi kartini tidak berarti menghilangkan esensi perempuan cantik secara fisik, yakni lebih kepada merawat kebersihan, kerapihan, dan juga kesehatan diri. Jika dimaknai zaman sekarang, kita kalau mau cantik versi kartini ya rajin skincare dasar sehari-hari, membersihkan lingkungan kita, menjaga makanan kita, tidur dan olahraga kita, termasuk juga kesehatan mata mengingat kita wanita juga bisa bekerja mengaktualisasikan diri. Bahkan misal sering menghadap layar untuk bekerja, sebagai wanita yang selalu ingin cantik versi kartini, harus menjaga mata dan tubuh kita dari kaku dan lelah terlalu lama. Ya masa wajah doang cantik, tapi gampang sakit dan pegel 🙁
Penutupan
Sebagai perempuan Indonesia, semoga kita tidak sampai mengerahkan seluruh sumber daya kita hanya untuk mengejar fatamorgana yang palsu apalagi memaksakan standar cantik goodlooking saja tanpa memperhatikan standar cantik versi kartini yang juga lebih memprioritaskan apa yang bisa dia berikan sebagai manfaatnya hadir di dunia ini.
Kemudian, pada suatu masa kita akan meratapi jika sampai memprimordialkan sesuatu yang tak ada guna besarnya.
Jika idealisme dalam diri setiap perempuan meneladani dari kisah Kartini, dan mematok standar cantik berupa kepribadian serta visi yang mulia, maka kebahagiaan hakiki akan didapat, untuk banyak orang, dan tentunya diri sendiri, dalam waktu yang lebih jangka panjang…
Tonton juga video edukatif dan inspiratif favoritku :